Laman

Selasa, 27 Desember 2011

Kajian Produktivitas Primer Bersih Fitoplankton Beserta Analisis Faktor Fisika Kimia Perairan Tambak sebagai Sistem Kontrol Biologis (Biomonitoring) Lingkungan Lumpur Lapindo



Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan payau menjadi paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Namun, pencemaran tambak  akibat luapan lumpur Lapindo masih menjadi masalah nasional yang harus direspon bijaksana. Beberapa lembaga penelitian telah banyak melakukan upaya mencari solusi terbaik menangani pencemaran tersebut.
Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor  terletak di Desa Bangunsari Kecamatan Jabon Sidoarjo. Area tambak tersebut berdekatan dengan aliran anak kali Porong Sidoarjo. Kegiatan usaha budidaya perikanan yang dilaksanakan oleh petani Tambak di Desa Bangunsari Kecamatan Jabon merupakan usaha tradisional dengan memanfaatkan anak kali porong sebagai salah satu sumber perairan. Khairul (2008:21) menyatakan bahwa tambak tradisional merupakan tambak yang pemeliharannya dilakukan secara sederhana (lebih bergantung pada alam).
Berdasarkan Data Departemen Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010, budidaya Udang Windu di Tambak Tradisional Pring Lor  selama kurang lebih 3 tahun ini mengalami penurunan produksi hingga 20 %.  Pratiwi (2010:60) menyatakan bahwa, terjadinya penurunan produksi udang di tambak karena adanya anggapan bahwa ekosistem tambak merupakan lingkungan alami yang tidak mampu menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi udang yang dibudidayakan.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan keinginan peneliti memperoleh informasi tertang kondisi ekologis dan biologis perairan tambak tradisional Pring Lor melalui studi tingkat kesuburan dan uji kualitas perairan tambak, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Kajian Produktivitas Primer Bersih Fitoplankton Beserta Analisis Faktor Fisika Kimia Perairan sebagai Sistem Kontrol Biologis (Biomonitoring) Lingkungan Lumpur Lapindo”.
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, meliputi bagaimana nilai produktivitas primer bersih fitoplankton, komposisi fitoplankton dan hasil analisis faktor fisika kimia perairan Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor Kecamatan Jabon Sidoarjo sebagai system kontol biologis (biomonitoring) lingkungan lumpur lapindo.
            Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif karena ingin mengetahui kualitas dan tingkat kesuburan perairan  berdasarkan besarnya nilai faktor fisika kimia air, komposisi fitoplankton serta nilai produktivitas primer bersih fitoplankton. Nilai produktivitas didapat dari pengukuran menggunakan metode Oksigen Pengambilan data dilakukan pada tanggal 1 – 5 Mei 2011 di perairan tambak  tradisional udang windu Kecamatan Jabon Sidoarjo.
Data faktor fisika kimia yang sudah dimasukkan ke dalam tabel selanjutnya  dihitung rata-ratanya kemudian dianalisis.
Nilai produktivitas primer bersih fitoplankton tiap stasiun dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Produktivitas primer bersih fitoplankton = Produktivitas Primer Kotor – Respirasi
Produktivitas Primer Kotor = DO akhir botol terang – DO akhir botol gelap.
Respirasi = DO awal  –  DO akhir botol gelap
Nilai produktivitas primer bersih fitoplankton dinyatakan dalam satuan mg/l, nilai tersebut dikalikan dengan 375,36 sehingga diperoleh nilai produktivitas dalam satuan mg/C/m³ (Barus, 2002:112). Selanjutnya dikalikan dengan 12 untuk mendapatkan nilai produktivitas primer bersih fitoplankton per hari.
           

            Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Produktivitas primer bersih fitoplankton yang paling tinggi di perairan Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor Kecamatan Jabon Sidoarjo terdapat pada stasiun 5 yaitu 3354,592 mg/C/m³/hari, sedangkan produktivitas primer bersih fitoplankton yang paling rendah terdapat di stasiun 4 yaitu 2002,976 mg/C/m³/hari. Perairan Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor memiliki tingkat pencemaran ringan oleh bahan organik. Tanah dasar tambak memiliki tingkat kesuburan yang relative sedang dengan kandungan kalium, kalsium dan magnesium yang melebihi batas normal akibat bahan pencemar bersifat logam. Komposisi fitoplankton didominasi oleh taksa yang memiliki daya toleransi tinggi terhadap lingkungan, yang menunjukkan adanya pencemaran baik organik maupun anorganik di perairan tambak.
Pembahasan tentang nilai produktivitas primer bersih fitoplankton pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut. Stasiun  5 memiliki nilai produktivitas primer bersih fitoplankton paling tinggi jika dibandingkan dengan stasiun 4. Hal ini dikarenakan pada stasiun 5 memiliki kelimpahan populasi fitoplankton yang lebih tinggi dibandingkan kelimpahan populasi fitoplankton di stasiun 4.  Di stasiun 5 dimungkinkan memiliki distribusi fitoplankton paling besar, karena kondisi faktor abiotik yang lebih stabil untuk pertumbuhan sehingga fitoplankton banyak terakumulasi di daerah tersebut daripada di stasiun 4. Asdak (2004: 505) menyatakan bahwa kekeruhan atau turbiditas biasanya menunjukkan tingkat kekeruhan suatu perairan yang diakibatkan oleh unsur-unsur muatan sedimen, baik yang bersifat mineral atau organik. Daerah tengah (stasiun 5) memiliki turbiditas yang paling tinggi yaitu berkisar antara 13-14 mg/l, turbiditas yang tinggi ini selain disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang bersifat organik, dalam hal ini adalah fitoplankton yang ditandai dengan perairan yang berwarna kehijauan. Odum (1993:370) menyatakan bahwa kekeruhan dapat menjadi ukuran tinggi rendahnya produktivitas apabila kekeruhan tersebut disebabkan oleh fitoplankton. Stasiun 4 yaitu daerah tepi tempat keluar masuknya air sungai (outlet/inlet) memiliki nilai produktivitas primer bersih fitoplankton paling rendah dikarenakan kelimpahan populasi fitoplankton tidak sebesar pada daerah tengah. Hal itu menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut tidak sebesar pada daerah tengah.
Nilai produktivitas primer bersih fitoplankton juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterima oleh suatu lingkungan. Pada area tertentu intensitas cahaya dapat secara maksimal diserap oleh fitoplankton untuk mengadakan fotosintesis, Sehingga pada area tersebut memiliki nilai produktivitas primer bersih fitoplankton yang lebih tinggi dibanding lingkungan sekitarnya. Nyabakken (1992) dalam Kuswardhianti (2005:24) menyatakan bahwa fotosintesis dapat terjadi dan dapat berlangsung ketika intensitas cahaya maksimum dapat diterima suatu sel algae. Hal ini berarti fitoplankton yang terdapat pada lapisan perairan yang mendapat cahaya maksimal akan lebih produktif untuk melakukan fotosintesis daripada perairan yang mendapat sedikit cahaya.
Faktor Fisika Kimia yang diukur dalam penelitian meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), kadar nitrat dan nitrit, BOD, COD, Konduktivitas, Turbiditas, Salinitas, pH air, Kadar Fosfat dan TDS.  BOD bisa digunakan sebagai tolak ukur terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan. Nilai BOD rendah menunjukkan tingkat pencemaran oleh bahan organik yang rendah, demikian juga sebaliknya (Michael, 1984). Bahan-bahan organik yang biasa ada di perairan antara lain: karbohidrat, asam lemak, asam amino, asam organik dan vitamin. Bahan organik ini mempengaruhi atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme perairan termasuk fitoplankton (Herawati, 1989).
            Berdasarkan hasil analisis faktor fisika kimia dasar tambak yang tercantum pada tabel 5 Lampiran 5. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai C organic, P , N total menunjukkan peningkatan. Akan tetapi pH tanah dan kadar Kalium menunjukkan penurunan. Kisaran pH tanah 7,50 hingga 8,10 cenderung tinggi sehingga tanah bersifat basa. Kandungan N semakin meningkat, maka ratio N/P pada akhir pengamatan semakin tinggi, keadaan ini menguntungkan bagi pertumbuhan klekap (tanaman, fitoplankton, perifiton)  yang tumbuh di dasar tambak. Karena N/P merupakan faktor penentu produksi klekap dan bahan organik tanah merupakan faktor penduga kesuburan tanah (Atmorsono, 2002). Berdasarkan analisa diketahui bahwa tekstur tanah di tambak di Kecamatan Jabon Sidoarjo mempunyai kelas tekstur liat. Tekstur tanah sangat dipengaruhi oleh komposisi dari liat, debu dan pasir yang dikandungnya, dan tingkat kesuburannya sangat ditentukan oleh mineral yang dikandungnya pula. Tanah dasar tambak udang tradisional di Kecamatan Jabon Sidoarjo tersebut memiliki tingkat kesuburan yang relative sedang dengan kandungan kalium, kalsium dan magnesium yang melebihi batas normal akibat bahan pencemar yang bersifat logam.
Fitoplankton merupakan kelompok organisme yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air,karena fitoplankton mempunyai kandungan klorofil a yang mampu melakukan fotosintesis (Suwono,2010). Distribusi dan komposisi dari fitoplankton ini berbeda antara perairan satu dan perairan lainnya, hal ini dikarenakan karena adanya pengaruh musim, cahaya, suhu dan nutrient. Perbedaan komposisi fitoplankton  juga terjadi pada tambak udang Pring Lor selama tiga kali waktu pengambilan sampel.Komposisi fitoplankton  di tambak udang Pring Lor secara mewaktu  terdiri dari 30 taksa fitoplankton yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas Cyanophyceae atau alga biru hijau, kelas Chlorophyceae atau alga hijau dan kelas Bacillariophyceae atau diatom . Tobing dkk (2008) komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan dari Wulandari dkk (2008) yang menyebutkan bahwa komposisi fitoplankton tidak selalu merata pada setiap lokasi di dalam suatu ekosistem, dimana pada suatu ekosistem sering ditemukan beberapa jenis melimpah sedangkan yang lain tidak. Keberadaan fitoplankton sangat tergantung pada kondisi lingkungan perairan yang sesuai dengan hidupnya dan dapat menunjang kehidupannya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa keberadaan populasi fitoplankton dapat tumbuh dan melimpah apabila perairan dalam kondisi yang optimum.  Tidak semua jenis fitoplankton dapat muncul di setiap waktu pengambilan sampel, karena pada setiap waktu pengambilan, kondisi perairan yang meliputi faktor fisika-kimia pun berubah-ubah. Setiap jenis fitoplankton mempunyai daya toleransi terhadap faktor abiotik yang berbeda-beda. Fitoplankton yang mempunyai daya toleransi tinggi contohnya Microcystis sp, Merismopedia sp, Navicula radiosa sp, Pinnularia sp, Nithzschia sigma, Coscinodiscus rothii, Skeletonema costatum, Anabaena spiroides dan sebagainya. Taksa-taksa tersebut selalu hadir pada ketiga waktu pengambilan sampel.




Rabu, 23 Februari 2011

GREEN LEAF PROGRAM SEBAGAI ALTERNATIF PEMBANGUNAN CAGAR ALAM SEMPU MENUJU PARIWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN



 

Di negara-negara yang tingkat perekonomiannya dikategorikan berkembang, sektor pariwisata secara aktif dipromosikan sebagai kunci bagi mesin pertumbuhan ekonomi. Saat ini, sektor pariwisata merupakan andalan kedua mengalirnya uang dari luar ke dalam kas negara (Karyoto, 2008).
 Seringkali, pertumbuhan ekonomi kawasan yang diikuti pembangunan fisik, alih guna lahan dan perubahan bentang lahan mengancam keberadaan bentuk-bentuk keanekaragaman hayati. Negara-negara berkembang dengan tingkat kekayaan hayati yang tinggi merupakan kawasan yang paling banyak mengalami penyusutan dan kepunahan keanekaragaman hayati. Maka dari itu suatu konsep untuk menjembatani pembangunan kawasan tanpa harus mengorbankan keanekaraman hayati di sekitarnya, secara intensif didiskusikan dan dirumuskan sebagai konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Maksud utama dari pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan populasi manusia tanpa harus mengurangi hak-hak generasi mendatang dalam pemenuhan kebutuhannya. Sebagai suatu industri, wisata dipandang mempunyai peluang untuk aktif berperan dalam konservasi dan pembangunan berkelanjutan dengan mendesain suatu konsep wisata berbasis konservasi (Yoety, 2007).
Jika dikelola dengan baik, wisata seringkali memungkinkan adanya aliran dana bagi pembiayaan program-program pemberdayaan masyarakat lokal, serta konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Salah satunya adalah dengan program ekowisata.  Ekowisata sendiri berkembang sebagai respon terhadap meningkatnya isu-isu lingkungan yang berkembang. Jenis wisata ini dipromosikan dengan tujuan jangka panjang untuk ikut mendorong konservasi lingkungan dan Sumber Daya Alam.
Menarik untuk diperhatikan, meskipun ekowisata telah didefinisikan dengan jelas, namun kerancuan-kerancuan operasional terhadapnya masih sering terjadi. Sehingga sangat sulit untuk membedakannya dengan wisata alam lainnya. Ini merupakan akibat dari lemahnya pemahaman pelaku wisata tentang visi dan misi ekowisata yang dimaksudkan.
Sama halnya dengan daerah wisata di kota Malang ini. Berbagai macam wisata alam yang tersaji sebagian besar tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar industri pariwisata tersebut bersifat mengabaikan lingkungan. Tidak ada pencanangan program yang mengajarkan kepada pengunjung untuk lebih memperhatihan keberlangsungan kehidupan ataupun menjaga keindahan daerah wisata alam tersebut agar dapat dinikmati terus menerus.
Sayang sekali, padahal kota Malang cukup memiliki potensi sebagai daerah pengembang ekotourism. Beberapa daerah salah satunya adalah daerah konservasi pulau sempu yang terletak di sebelah selatan Pantai Sendang Biru. Pulau yang terkenal dengan keeksotisan pemandangan alamnya tersebut tentu dapat dijadikan sebagai aset perencanaan pembangunan daerah wisata berwawasan lingkungan atau ekotourism.
Pulau  Sempu merupakan suatu pulau yang terletak di kawasan malang selatan. Untuk sampai ke pulau ini dibutuhkan waktu sekitar ± 2 , 5 hingga 3 jam perjalanan. Perjalanan dapat dimulai dari pusat kota malang, dengan jarak ± 70 km, dapat ditempuh menggunakan alat transportasi darat yang meliputi kendaraan roda 2 maupun roda 4 (truk, bus mini, dan mobil). Medan atau jalan raya  nya cukup lebar meskipun banyak tanjakan dan tikungan curam. Setelah sampai di Pantai Sendang Biru, perjalanan dapat dilanjutkan menggunakan perahu untuk dapat sampai di bibir pulau. Memakan waktu sekitar setengah jam untuk dapat sampai.  Pulau ini dapat dijangkau menggunakan alat transportasi darat, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan perahu untuk menyeberang dari Pantai Sendang Biru. 


 Jalan menuju Wisata Sendang Biru
 Bibir Pantai sendang Biru
 akses menuju wisata Pulau Sempu (Dari Sendang Biru)



 Wahana Tracking
 Read More.........
 

Pesona Wisata di Kabupaten 1001 Goa (Pacitan)

Pagi itu, jam di tanganku sudah menunjukkan angka 8 tepat. "jam segini kok sudah mulai  gerah ya" batinku, seraya mengemasi perlengkapan untuk "mbolang" (istilah yang kami gunakan ketika kami mengunjungi tempat wisata alam).  Belum terbayang sama sekali objek wisata apa yang nantinya akan kita kunjungi.  apalagi sebelumnya aku belum pernah singgah di Kabupaten ini. jam 9 tepat, perjalanan pun dimulai.  sepanjang perjalanan menuju Desa Donorojo (Desa pertama yang kami kunjungi) cukup membuat kami terhibur, karena selain  jalannya masih alami, kita juga dapat menikmati pemandangan pedesaan. kurang lebih satu jam perjalanan dari pusat kota, akhirnya kita sampai juga pada tempat wisata pertama, Pantai Klayar, begitu namanya. entah mengapa dinamakan seperti itu, yang jelas pantai tersebut memiliki ciri khas yang menarik. yaitu adanya seruling laut dan juga barisan koral (mirip greatbarrier reef.... hehehehehe lebay) yang menambah aksen menarik. Tempat selanjutnya adalah wisata Goa, goa pertama yang kita kunjungi adalah Goa Kalak. goa tersebut bukanlah tempat yang secara umum dijadikan sebagai objek wisata.Hanya orang tertentu dan yang memiliki kepentingan tertentu sajalah yang mengunjungi goa tersebut. kemudian perjalanan berlanjut ke goa GOng dan Goa tabuhan.
Merasa bosan dengan wisata goa, kami kembali melanjutkan perjalanan. tempat wisata selanjutnya adalah Pantai Srau. Pantai Srau ini memiliki keeksotisan tersendiri, yakni pada bentukan karang tajam yang ada di sekelilingnya, warna air laut yang hijau kebiruan semakin menambah keindahan pantai ini. 
tak terasa jam di tangan sudah menunjukkan pukul 5 sore hari. rasa lelah dan lapar mulai menghimpit kami berempat. hingga akhirnya kegiatan inventarisasi tempat wisata hari itu harus diakhiri. 

Rumah dengan aksen budaya Jawa yang masih kental
Panorama Pantai Klayar (nampak dari atas)
Pantai Klayar (tampak Samping)


SEruLing Pantai



Keindahan Pantai Srau dikala sore hari
Goa Kalak
 Pantai Teleng Ria in the evening
thank you for visited my blog.......... 








Senin, 07 Februari 2011

wilderness area

WILDNESS AREA
Wilderness atau wild area merupakan suatu lingkungan alami yang belum mengalami modifikasi atau perubahan secara signifikan terutama oleh aktivitas manusia. Hal itu juga berarti bahwa komponen yang ada pada lingkungan tersebut masih lengkap karena belum terjamah (tidak terganggu). Pada area tersebut, manusia tidak boleh memberikan kontrol berlebih, mengadakan pembangunan jalan raya, membangun pipa saluran dan infrastruktur industrI yang lain (Sutopo, 2000).
Wilderness area dapat dijumpai di Cagar Alam, Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Suaka Alam, Ngarai serta daerah-daerah yang belum berkembang. Area ini mempertimbangkan beberapa unsur-unsur  penting yang harus ada, meliputi: keberadaan spesies tertentu, biodiversitas, studi ekologi, ketenangan dan rekreasi. Suatu area dapat dikategorikan sebagai wilderness area berdasarkan penilaian cultural, spiritual, moral dan estetika.
Wilderness area memiliki peran vital bagi kahidupan manusia (khususnya), karena pada area tersebut sebagai penyedia rangkaian history genetic beberapa spesies, sebagai habitat fauna dan flora liar yang sulit dikembangkan di kebun binatang, arboretum maupun laboratory (The Collins,2000). 
The World Conservation Union (IUCN) mengklasifikasikan wilderness menjadi dua taraf, yaitu Ia (Strict Nature Perserves) dan Ib ( Wilderness Area). Dimana menurut ilmuwan dan conservasionist, bahwa tidak ada satu tempat pun di dunia ini yang sama sekali tidak terjamah oleh manusia. Maka dari itu, keberadaan wildness area juga dipengaruhi oleh kejadian alami dan buatan. Kejadian buatan yang dapat mempengaruhi interior wildness area merupakan dampak tak langsung akibat aktivitas manusia di sekitar seperti dampak global warming yang berdampak pada migrasi satwa, atau punahnya jenis fauna dan flora tertentu.     
            Selain itu, terdapat beberapa fungsi kawasan wildness, antara lain:
  1. Menstabilkan fungsi hidrologi, melingdungi tanah dan stabilitas iklim
  2. Perindungan sumberdaya plasma nutfah
  3. Pengawetan perkembanganbiakan flora fauna,  cadangan populasi, dan keanekragaman biologis
  4. Pengembangan kepariwisataan serta menyediakan fasilitas ekowisata
  5. Menyediakan fasilitas bagi penelitian dan pemantauan
  6. Menyediakan fasilitas pendidikan
  7. Memelihara kualitas lingkungan hidup.
  8. Pelestarian nilai budaya dan tradisional
  9. Keseimbangan alam lingkungan
  10. Nilai warisan dan kebanggaan regional.

RUANG LINGKUP WILDNESS AREA
a.   Cagar Alam
Cagar alam merupakan suatu kawasan yang mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya terjadi secara alami. Cagar alam berperan dalam melindungi alam dan proses alami dalam kondisi yang tidak terganggu untuk memperoleh contoh-contoh ekologis yang mewakili  lingkungan alami yang dapat dimanfaatkan  bagi keperluan studi ilmiah, pemantauan lingkungan,  pendidikan, dan pemeliharaan sumberdaya plasma nutfah dalam suatu keadaan dinamis dan berevolusi. Contoh: Pananjung Pangandaran dan Nusa Kambangan di Jawa Barat.
Suatu kawasan dapat dijadikan sebagai cagar alam, jika:
1.  Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistem mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia.
2.  Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami
3.  Mempunyai cirri khas potensi, dan dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi
4.  Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannnya terancam punah 
b.  Suaka Margasatwa
Melindungi kawasan alami dan berpandangan indah yang penting secara nasional atau internasional  serta memiliki  nilai nilai bagi pemenfataatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi. Kawasan alami ini relatif luas,. Materinya tidak dapat diubah oleh kegiatan manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan.
Suatu area dapat dijadikan sebagai suaka margasatwa jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.   Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya.
2.                 Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi
3.   Merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau dikhawatirkan akan punah
4.   Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu dan atau mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan
c.   Suaka Alam
Suaka alam merupakan perlindungan suatu kawasan termasuk juga segala kekayaan di dalamnya.Menjamin kondisi alami yang perlu bagi perlindungan spesies, kumpulan spesies, komunitas hayati, atau ciri-ciri fisik lingkungan  yang penting secara nasional diperlukan campur tangan manusia yang spesifik untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pengambilan keputusan sumberdaya secara terkendali diperkenankan. Suaka alam berperan dalam pemeliharaan, penelitian, pendidikan, wisata, rehabilitasi kawasan, dan pengamanan segala asset yang berada dalam kawasan perlindungan
d.  Taman Nasional
Taman Nasional merupakan suatu area konservasi.  Berperan dalam rehabilitasi suatu kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Suatu area dapat dijadikan sebagai taman nasional jika:
1.    Merupakan kawasan yangditetapkan
2.    Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami
3.    Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami.
4.    Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh
5.    Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam.
6.    Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain atas dasar pertimbangan rehabilitasi kawasan.
e.   Hutan Raya
Suatu area dapat dijadikan sebagai Hutan raya jika memiliki syarat sebagai berikut:
1.    Merupakan kawasan dengan cirri khas baik asli maupun buatan, baik pada kawasan ekosistemnya sudah berubah
2.    Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam
3.    Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa, baik jenis asli atau bukan. 

C.     WILDNESS AREA DI KEPULAUAN PAPUA
Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan ibukotanya yang bernama Jayapura. Sebagian penduduknya bergantung pada sector pertanian, kehutanan dan pertambangan. Daerah penghasil sagu terbesar tersebut kaya akan bahan galian dan hasil perkebunan seperti palm oil, copra, maize, peper,dan lain sebagainya.
Kondisi alam di wilayah ini sebagian terdiri dari pegunungan, hutan  dan pantai. Banyak daerah yang belum termanfaatkan ( tidak dijamah) oleh manusia. Akibatnya, segala sesuatu yang ada di dalamnya pun masih alami dan tanpa ada perubahan dari ulah atau aktivitas manusia secara langsung. Berbagai macam flora fauna endemic yang ada di wilayah tersebut tidak terusik dan dapat nberkembang dengan baik kecuali fauna atau flora yang sudah diketahui manfaatnya hingga akhirnya menjadi langka. Beberapa wilayah di provinsi tersebut yang dapat dikategorikan sebagai area wildness meliputi,
Taman Nasional Lorentz merupakan taman nasional yang terletak di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kawasan ini semula berstatus cagar alam, namun seiring dengan dikeluarkannya SK. Menteri Pertanian No. 44/Kpts/Um/I/1978, kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional seluas 2.150.000 hektar
Taman Nasional Teluk Cendrawasih terletak di Pulau Papua dan merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia. Taman Nasional yang diresmikan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1993 ini, memiliki luas 1.453.500
ha, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang.

a.      Teluk Wondama
Kabupaten Teluk Wondama terletak pada 0o15' - 3o25' LS dan 132o35' - 134o45' BT adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rasiei dan mulai terbentuk pada tanggal 12 April 2003 sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten Manokwari berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2002 dengan batas wilayah:

Potensi sumber daya alam di kabupaten ini sungguh sangat menjanjikan dan bahkan merupakan simpanan masa depan Indonesia, menurut hasil penelitian dari Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Non Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
b.     Teluk Bintuni
Merupakan salah satu kabupaten di Papua Barat dengan luas wilayah 18.637 Km². Kawasan tersebut memiliki luasan hutan lindung mencapai 66.558,10 Ha. Kawasan hutan Suaka Alam seluas 86.794,95 Ha. Sedangkan kawasan hutan produksi adalah 6165,07 Ha dengan produksi 101.733,60 m³. Berikut ini adalah batas-batas wilayah Kabupaten Teluk Bintuni berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002.
Wilayah ini sangat potensial baik dari sector pertanian, perkebunan dan juga perikanan.









D.     KESIMPULAN
Wilderness atau wild area merupakan suatu lingkungan alami yang belum mengalami modifikasi atau perubahan secara signifikan terutama oleh aktivitas manusia secara langsung.
Wilderness area dapat dijumpai di Cagar Alam, Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Suaka Alam, Ngarai serta daerah-daerah yang belum berkembang.
Papua termasuk salah satu provinsi yang di dalamnya terdapat kawasan hutan maupun wilayah yang belum terjamah oleh aktivitas manusia secara langsung. Maka dari itu daerah-daerah yang masih alami dapat dikategorikan dalam wildness area. Meliputi, kawasan teluk wondama, teluk bintuni, Taman Nasional Lorenz dan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.


DAFTAR RUJUKAN
The Collins. 2000. Natural Dictionary of Perserve. Michighan university. (online, http//dictionary.biologicalconservation-dependent…99%.joulnal-biodiversity), diakses tanggal 11 Desember 2010
Mudra, mahyudin. 2010.Bersama Kita Wujudkan Pariwisata Berwawasan
Budaya. (online//: http-blogspot-mahyud….) diakses tanggal 10 Desember 2010
Papua Tourism. 2010. Unique Heritage and Culture. (online:
http//estindonesia….. unique culture of papua) diakses tanggal 11 Desember 2010