Laman

Rabu, 23 Februari 2011

GREEN LEAF PROGRAM SEBAGAI ALTERNATIF PEMBANGUNAN CAGAR ALAM SEMPU MENUJU PARIWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN



 

Di negara-negara yang tingkat perekonomiannya dikategorikan berkembang, sektor pariwisata secara aktif dipromosikan sebagai kunci bagi mesin pertumbuhan ekonomi. Saat ini, sektor pariwisata merupakan andalan kedua mengalirnya uang dari luar ke dalam kas negara (Karyoto, 2008).
 Seringkali, pertumbuhan ekonomi kawasan yang diikuti pembangunan fisik, alih guna lahan dan perubahan bentang lahan mengancam keberadaan bentuk-bentuk keanekaragaman hayati. Negara-negara berkembang dengan tingkat kekayaan hayati yang tinggi merupakan kawasan yang paling banyak mengalami penyusutan dan kepunahan keanekaragaman hayati. Maka dari itu suatu konsep untuk menjembatani pembangunan kawasan tanpa harus mengorbankan keanekaraman hayati di sekitarnya, secara intensif didiskusikan dan dirumuskan sebagai konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Maksud utama dari pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan populasi manusia tanpa harus mengurangi hak-hak generasi mendatang dalam pemenuhan kebutuhannya. Sebagai suatu industri, wisata dipandang mempunyai peluang untuk aktif berperan dalam konservasi dan pembangunan berkelanjutan dengan mendesain suatu konsep wisata berbasis konservasi (Yoety, 2007).
Jika dikelola dengan baik, wisata seringkali memungkinkan adanya aliran dana bagi pembiayaan program-program pemberdayaan masyarakat lokal, serta konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Salah satunya adalah dengan program ekowisata.  Ekowisata sendiri berkembang sebagai respon terhadap meningkatnya isu-isu lingkungan yang berkembang. Jenis wisata ini dipromosikan dengan tujuan jangka panjang untuk ikut mendorong konservasi lingkungan dan Sumber Daya Alam.
Menarik untuk diperhatikan, meskipun ekowisata telah didefinisikan dengan jelas, namun kerancuan-kerancuan operasional terhadapnya masih sering terjadi. Sehingga sangat sulit untuk membedakannya dengan wisata alam lainnya. Ini merupakan akibat dari lemahnya pemahaman pelaku wisata tentang visi dan misi ekowisata yang dimaksudkan.
Sama halnya dengan daerah wisata di kota Malang ini. Berbagai macam wisata alam yang tersaji sebagian besar tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar industri pariwisata tersebut bersifat mengabaikan lingkungan. Tidak ada pencanangan program yang mengajarkan kepada pengunjung untuk lebih memperhatihan keberlangsungan kehidupan ataupun menjaga keindahan daerah wisata alam tersebut agar dapat dinikmati terus menerus.
Sayang sekali, padahal kota Malang cukup memiliki potensi sebagai daerah pengembang ekotourism. Beberapa daerah salah satunya adalah daerah konservasi pulau sempu yang terletak di sebelah selatan Pantai Sendang Biru. Pulau yang terkenal dengan keeksotisan pemandangan alamnya tersebut tentu dapat dijadikan sebagai aset perencanaan pembangunan daerah wisata berwawasan lingkungan atau ekotourism.
Pulau  Sempu merupakan suatu pulau yang terletak di kawasan malang selatan. Untuk sampai ke pulau ini dibutuhkan waktu sekitar ± 2 , 5 hingga 3 jam perjalanan. Perjalanan dapat dimulai dari pusat kota malang, dengan jarak ± 70 km, dapat ditempuh menggunakan alat transportasi darat yang meliputi kendaraan roda 2 maupun roda 4 (truk, bus mini, dan mobil). Medan atau jalan raya  nya cukup lebar meskipun banyak tanjakan dan tikungan curam. Setelah sampai di Pantai Sendang Biru, perjalanan dapat dilanjutkan menggunakan perahu untuk dapat sampai di bibir pulau. Memakan waktu sekitar setengah jam untuk dapat sampai.  Pulau ini dapat dijangkau menggunakan alat transportasi darat, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan perahu untuk menyeberang dari Pantai Sendang Biru. 


 Jalan menuju Wisata Sendang Biru
 Bibir Pantai sendang Biru
 akses menuju wisata Pulau Sempu (Dari Sendang Biru)



 Wahana Tracking
 Read More.........
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar