Laman

Selasa, 27 Desember 2011

Kajian Produktivitas Primer Bersih Fitoplankton Beserta Analisis Faktor Fisika Kimia Perairan Tambak sebagai Sistem Kontrol Biologis (Biomonitoring) Lingkungan Lumpur Lapindo



Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan payau menjadi paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Namun, pencemaran tambak  akibat luapan lumpur Lapindo masih menjadi masalah nasional yang harus direspon bijaksana. Beberapa lembaga penelitian telah banyak melakukan upaya mencari solusi terbaik menangani pencemaran tersebut.
Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor  terletak di Desa Bangunsari Kecamatan Jabon Sidoarjo. Area tambak tersebut berdekatan dengan aliran anak kali Porong Sidoarjo. Kegiatan usaha budidaya perikanan yang dilaksanakan oleh petani Tambak di Desa Bangunsari Kecamatan Jabon merupakan usaha tradisional dengan memanfaatkan anak kali porong sebagai salah satu sumber perairan. Khairul (2008:21) menyatakan bahwa tambak tradisional merupakan tambak yang pemeliharannya dilakukan secara sederhana (lebih bergantung pada alam).
Berdasarkan Data Departemen Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2010, budidaya Udang Windu di Tambak Tradisional Pring Lor  selama kurang lebih 3 tahun ini mengalami penurunan produksi hingga 20 %.  Pratiwi (2010:60) menyatakan bahwa, terjadinya penurunan produksi udang di tambak karena adanya anggapan bahwa ekosistem tambak merupakan lingkungan alami yang tidak mampu menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi udang yang dibudidayakan.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan keinginan peneliti memperoleh informasi tertang kondisi ekologis dan biologis perairan tambak tradisional Pring Lor melalui studi tingkat kesuburan dan uji kualitas perairan tambak, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Kajian Produktivitas Primer Bersih Fitoplankton Beserta Analisis Faktor Fisika Kimia Perairan sebagai Sistem Kontrol Biologis (Biomonitoring) Lingkungan Lumpur Lapindo”.
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, meliputi bagaimana nilai produktivitas primer bersih fitoplankton, komposisi fitoplankton dan hasil analisis faktor fisika kimia perairan Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor Kecamatan Jabon Sidoarjo sebagai system kontol biologis (biomonitoring) lingkungan lumpur lapindo.
            Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif karena ingin mengetahui kualitas dan tingkat kesuburan perairan  berdasarkan besarnya nilai faktor fisika kimia air, komposisi fitoplankton serta nilai produktivitas primer bersih fitoplankton. Nilai produktivitas didapat dari pengukuran menggunakan metode Oksigen Pengambilan data dilakukan pada tanggal 1 – 5 Mei 2011 di perairan tambak  tradisional udang windu Kecamatan Jabon Sidoarjo.
Data faktor fisika kimia yang sudah dimasukkan ke dalam tabel selanjutnya  dihitung rata-ratanya kemudian dianalisis.
Nilai produktivitas primer bersih fitoplankton tiap stasiun dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Produktivitas primer bersih fitoplankton = Produktivitas Primer Kotor – Respirasi
Produktivitas Primer Kotor = DO akhir botol terang – DO akhir botol gelap.
Respirasi = DO awal  –  DO akhir botol gelap
Nilai produktivitas primer bersih fitoplankton dinyatakan dalam satuan mg/l, nilai tersebut dikalikan dengan 375,36 sehingga diperoleh nilai produktivitas dalam satuan mg/C/m³ (Barus, 2002:112). Selanjutnya dikalikan dengan 12 untuk mendapatkan nilai produktivitas primer bersih fitoplankton per hari.
           

            Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Produktivitas primer bersih fitoplankton yang paling tinggi di perairan Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor Kecamatan Jabon Sidoarjo terdapat pada stasiun 5 yaitu 3354,592 mg/C/m³/hari, sedangkan produktivitas primer bersih fitoplankton yang paling rendah terdapat di stasiun 4 yaitu 2002,976 mg/C/m³/hari. Perairan Tambak Tradisional Udang Windu Pring Lor memiliki tingkat pencemaran ringan oleh bahan organik. Tanah dasar tambak memiliki tingkat kesuburan yang relative sedang dengan kandungan kalium, kalsium dan magnesium yang melebihi batas normal akibat bahan pencemar bersifat logam. Komposisi fitoplankton didominasi oleh taksa yang memiliki daya toleransi tinggi terhadap lingkungan, yang menunjukkan adanya pencemaran baik organik maupun anorganik di perairan tambak.
Pembahasan tentang nilai produktivitas primer bersih fitoplankton pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut. Stasiun  5 memiliki nilai produktivitas primer bersih fitoplankton paling tinggi jika dibandingkan dengan stasiun 4. Hal ini dikarenakan pada stasiun 5 memiliki kelimpahan populasi fitoplankton yang lebih tinggi dibandingkan kelimpahan populasi fitoplankton di stasiun 4.  Di stasiun 5 dimungkinkan memiliki distribusi fitoplankton paling besar, karena kondisi faktor abiotik yang lebih stabil untuk pertumbuhan sehingga fitoplankton banyak terakumulasi di daerah tersebut daripada di stasiun 4. Asdak (2004: 505) menyatakan bahwa kekeruhan atau turbiditas biasanya menunjukkan tingkat kekeruhan suatu perairan yang diakibatkan oleh unsur-unsur muatan sedimen, baik yang bersifat mineral atau organik. Daerah tengah (stasiun 5) memiliki turbiditas yang paling tinggi yaitu berkisar antara 13-14 mg/l, turbiditas yang tinggi ini selain disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang bersifat organik, dalam hal ini adalah fitoplankton yang ditandai dengan perairan yang berwarna kehijauan. Odum (1993:370) menyatakan bahwa kekeruhan dapat menjadi ukuran tinggi rendahnya produktivitas apabila kekeruhan tersebut disebabkan oleh fitoplankton. Stasiun 4 yaitu daerah tepi tempat keluar masuknya air sungai (outlet/inlet) memiliki nilai produktivitas primer bersih fitoplankton paling rendah dikarenakan kelimpahan populasi fitoplankton tidak sebesar pada daerah tengah. Hal itu menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut tidak sebesar pada daerah tengah.
Nilai produktivitas primer bersih fitoplankton juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterima oleh suatu lingkungan. Pada area tertentu intensitas cahaya dapat secara maksimal diserap oleh fitoplankton untuk mengadakan fotosintesis, Sehingga pada area tersebut memiliki nilai produktivitas primer bersih fitoplankton yang lebih tinggi dibanding lingkungan sekitarnya. Nyabakken (1992) dalam Kuswardhianti (2005:24) menyatakan bahwa fotosintesis dapat terjadi dan dapat berlangsung ketika intensitas cahaya maksimum dapat diterima suatu sel algae. Hal ini berarti fitoplankton yang terdapat pada lapisan perairan yang mendapat cahaya maksimal akan lebih produktif untuk melakukan fotosintesis daripada perairan yang mendapat sedikit cahaya.
Faktor Fisika Kimia yang diukur dalam penelitian meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), kadar nitrat dan nitrit, BOD, COD, Konduktivitas, Turbiditas, Salinitas, pH air, Kadar Fosfat dan TDS.  BOD bisa digunakan sebagai tolak ukur terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan. Nilai BOD rendah menunjukkan tingkat pencemaran oleh bahan organik yang rendah, demikian juga sebaliknya (Michael, 1984). Bahan-bahan organik yang biasa ada di perairan antara lain: karbohidrat, asam lemak, asam amino, asam organik dan vitamin. Bahan organik ini mempengaruhi atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme perairan termasuk fitoplankton (Herawati, 1989).
            Berdasarkan hasil analisis faktor fisika kimia dasar tambak yang tercantum pada tabel 5 Lampiran 5. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai C organic, P , N total menunjukkan peningkatan. Akan tetapi pH tanah dan kadar Kalium menunjukkan penurunan. Kisaran pH tanah 7,50 hingga 8,10 cenderung tinggi sehingga tanah bersifat basa. Kandungan N semakin meningkat, maka ratio N/P pada akhir pengamatan semakin tinggi, keadaan ini menguntungkan bagi pertumbuhan klekap (tanaman, fitoplankton, perifiton)  yang tumbuh di dasar tambak. Karena N/P merupakan faktor penentu produksi klekap dan bahan organik tanah merupakan faktor penduga kesuburan tanah (Atmorsono, 2002). Berdasarkan analisa diketahui bahwa tekstur tanah di tambak di Kecamatan Jabon Sidoarjo mempunyai kelas tekstur liat. Tekstur tanah sangat dipengaruhi oleh komposisi dari liat, debu dan pasir yang dikandungnya, dan tingkat kesuburannya sangat ditentukan oleh mineral yang dikandungnya pula. Tanah dasar tambak udang tradisional di Kecamatan Jabon Sidoarjo tersebut memiliki tingkat kesuburan yang relative sedang dengan kandungan kalium, kalsium dan magnesium yang melebihi batas normal akibat bahan pencemar yang bersifat logam.
Fitoplankton merupakan kelompok organisme yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air,karena fitoplankton mempunyai kandungan klorofil a yang mampu melakukan fotosintesis (Suwono,2010). Distribusi dan komposisi dari fitoplankton ini berbeda antara perairan satu dan perairan lainnya, hal ini dikarenakan karena adanya pengaruh musim, cahaya, suhu dan nutrient. Perbedaan komposisi fitoplankton  juga terjadi pada tambak udang Pring Lor selama tiga kali waktu pengambilan sampel.Komposisi fitoplankton  di tambak udang Pring Lor secara mewaktu  terdiri dari 30 taksa fitoplankton yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas Cyanophyceae atau alga biru hijau, kelas Chlorophyceae atau alga hijau dan kelas Bacillariophyceae atau diatom . Tobing dkk (2008) komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan dari Wulandari dkk (2008) yang menyebutkan bahwa komposisi fitoplankton tidak selalu merata pada setiap lokasi di dalam suatu ekosistem, dimana pada suatu ekosistem sering ditemukan beberapa jenis melimpah sedangkan yang lain tidak. Keberadaan fitoplankton sangat tergantung pada kondisi lingkungan perairan yang sesuai dengan hidupnya dan dapat menunjang kehidupannya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa keberadaan populasi fitoplankton dapat tumbuh dan melimpah apabila perairan dalam kondisi yang optimum.  Tidak semua jenis fitoplankton dapat muncul di setiap waktu pengambilan sampel, karena pada setiap waktu pengambilan, kondisi perairan yang meliputi faktor fisika-kimia pun berubah-ubah. Setiap jenis fitoplankton mempunyai daya toleransi terhadap faktor abiotik yang berbeda-beda. Fitoplankton yang mempunyai daya toleransi tinggi contohnya Microcystis sp, Merismopedia sp, Navicula radiosa sp, Pinnularia sp, Nithzschia sigma, Coscinodiscus rothii, Skeletonema costatum, Anabaena spiroides dan sebagainya. Taksa-taksa tersebut selalu hadir pada ketiga waktu pengambilan sampel.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar